Hari ini hari wisuda lagi. Gw bela-belain datang ke acara wisuda hari ini, pengen liat Aming. Aming kan diwisuda hari ini (setelah 7 taon kuliah di itebeh). Haha..gak penting. Gw pun berniat interpiyu sama dia, kalo bisa minta link ke acara extravaganza.
Sebelum acara mule, gw udah liat Aming datang. Terlihat sangat mencolok dengan sweter putih dan kacamata frame putihnya. Tapi gw blom berani mendekat atao memfotonya. Ntar aja, pikir gw.
Trus pas pemberian selamat rektor pada wisudawan FSRD, gw pun standby di deket antrian wisudawan. Hoho..si Aming menggelayut manja pada teman pria di depannya. Menyembunyikan muka, mungkin. Bu Eneng a.k.a tante cunihin, seorang karyawan T.U jurusan gw tiba-tiba langsung menggandeng lengan Aming dan mengajaknya berfoto bersama. Mami yelly, temanku yang protokoler pun pengen ikut difoto dan memintaku mengambil posenya. Jepret..jadilah foto Aming dan mamih yelly. Kesempatan itu gw pake untuk berbicara pada Aming, "Ming..mo interview donk. Gw dari pers kampus." Aming yang malu-malu tampak kebingungan. "Abis ini ya.." kata gw lagi. Ia pun mengiyakan. Janji interpiyu terpenuhi.
Usai acara, buru-buru gw menghampiri Aming lagi. Ia berkata,"Di luar aja ya, aku lagi nunggu orangtuaku." Maka, gw pun menunggu orangtua Aming datang.
Gak lama, seorang ibu lanjut usia (asli, tua banget kayak nenek gw!) datang dengan baju kebaya pink yang sederhana. Sesederhana baju kondangan nenek gw, cuma kebaya polos dan kain batik warna senada, ples tutup kepala putih dan selendang pink yang dipake jadi kerudung. Sesederhana nenek gw yg tinggal di desa. Gw pun mendekati beliau sambil menunggu Aming yang sibuk diajakin foto orang-orang. Gw pun ngobrol sama sang ibu. Aduh, terlihat banget baeknya! Sederhana, bae hati dan ramah. "Nanti maen ke rumah ya?" ujar beliau
"Kasihan sebenarnya dia (Aming-red), kecapekan jadi gak enak badan." Beliau tidak banyak berbicara tapi terlihat senang diajak berbicara. Tidak seperti ayah Aming yang sangat pendiam. Gw jd g berani negor, mukanya asem lagih. Aduh, maap bapak ;/
Lalu seorang bapak datang untuk menyalami ibu Aming dan mengira gw adeknya Aming. Hehehe. Saat Aming sudah tidak dikerumuni orang lagi, ia pun mendekati ibunya "Lapar, Mah?" Mendengar ini, gw jd g tega sama Aming dan ibunya. Tampaknya mereka blom makan dari pagi dan Aming terlihat cemas pada orangtuanya. Kayaknya ga enak ama orangtuanya, acaranya dari pagi..pikir gw.
Maka, gw urungkan niat gw untuk interpiyu dan hanya meminta satu pernyataan saja dari Aming. Gw g tega ama Aming yang sakit dan ibunya yang udah sepuh dan tampak kecapekan mengikuti acara hari ini. Gw batalin interpiyu dan..sekarang gw merasa: gagal sebagai wartawan. Hiks...
3.3.07
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
entah guenya yang mengalami sinestesia disorder (apaaa sih) ato gimana, tapi baca postingan pantat (asik banget ya menyebut 'pantat' dengan bebas) gue jadi agak miris sama Aming dan bapak ibunya.
susah juga ya jadi Aming.
apa itu sinetesia disorder????
emg ksiaan bgt aming en bonyoknya.
ha ha ha....
harusnya dirimu lebih tega jadi wartawan.. wartawan infotainment emangnya peduli artis lagi berdarah2?? yang penting info... he he he harusnya anak mams yang satu ini jadi pemilik LSM aja!
Pers kampus? Bukannya lo dari "Kantor Berita"?
Hehehe... akang Ikram ngomong Semantik nech,..
Awas lu Moth, gara2 salah bahasa, bisa digugat,.. huahaha
ada journalis kita disini...
IKRAM BANGETT.. :D
Tapi bener Moth, loe mending jadi ibu rumah tangga yg baik berempati sayang ama misua dan anak2.. HUAHAAkakekek...
.................... :p
Gagal? Gak kok...buktinya tulisan ini menarik banget :D
Post a Comment