2.11.08

Cemburu

Oh, hari ini darahku mendidih karena rasa cemburu. Rasa cemburu membakar hatiku. Jengkel, muak dan kecewa. Aku kecewa pada diriku sendiri. Aku iri padanya. Aku ingin menjadi dirinya.

Ia..perempuan terkasih yang dicintai pria. Ia..perempuan manis yang disayang seorang pria. Ia tiada istimewa, pun mempesona. Tapi ia sanggup mmbuat seorang pria memujanya. Oh, betapa irinya aku.

Andai ia seorang diva yang digilai laki-wanita, aku maklum. Andai ia seorang ratu yang berkuasa atas kancut-kancut pria, aku tunduk. Tapi ia hanyalah jelata sepertiku. Tak lagi rupawan maupun hartawan. Ia hanya perempuan biasa, setara denganku. Namun, ia taklukkan seorang pria. Oh, dengkinya aku!

Aku iri, bukan karena ingin dicinta. Aku dengki bukan karena membencinya. Aku cemburu bukan karena ingin memiliki sang perjaka. Hanya saja aku ini perempuan sejati. Inginnya dikasih hati, jantung dan sum-sum. Inginnya dipuja dan dibicarakan kaum lelaki. Aku ini bak artis yang butuh penggemar. Penggemar gelap atau penggemar terang-terangan. Bila penggemarku banyak, legitimasi harga diriku akan diakui. Sehingga aku tidak dianggap sebagai perawan mandul a.k.a tidak laku!

Coba katakan padaku sekarang, haruskah aku memakai suaraku untuk menjajakan diri di hadapan para buaya2 itu? Ataukah aku harus menutup rambutku agar para Adam menguntitku karena rasa penasaran? Ataukah aku harus melambaikan tangan pada om-om ganjen yang dapat menjamin sandang-papan-panganku?

Mungkin..jikalau suaraku telah merendahkan harga diriku untuk merayu mereka yang bersperma itu, aku bakal malu sampai mati. Suaraku pun akan cepat habis karena lelaki tidak gemar dipanggil..

Mungkin..jikalau rambutku tertutup rapat membuat para pria penasaran. Apakah rasa penasaran itu akan seketika lenyap jika tubuhku belum telanjang? Jikalau pria terhanyut dalam tutup rambutku dan memberiku ikatan nikah tanpa wali orangtua, aku seorang moron.

Mungkin..jikalau om-om gatel mau memberiku legitimasi perempuan laku, aku akan kaya. Aku kaya, memiliki segala kemewahan yang menjadi bagian istrinya. Aku kaya, makan sekelas menteri. Aku pun kaya..akan dosa. Dosa berzina akan menutup jalanku ke surga.

Lalu, aku harus bagaimana? Bersikap biasa seperti perempuan lainnya, mungkinkah? Aku bisa melakukan segalanya seperti perempuan lainnya, tapi pasti gagal. Biarpun tingkahku selayak putri, tiada lelaki yang akan menoleh padaku. Biarpun rupaku secantik bidadari, tiada lelaki yang menghampiriku. Segala usahaku untuk memperoleh perhatian lelaki pastilah kandas. Lelaki tidak akan memandangku karena mereka hanya melihat raga, bukan hati. Mereka hanya melihat raga laki-lakiku, bukan hati perempuan di dalamnya..

3 comments:

Anonymous said...

ada kisah,..
Seorang tuan putri yang indah bagai mutiara bumi dan berhati rinjani.
Ia digilai banyak perjaka. Cerita tentang si putri sampai menjamah ujung cakrawala.

Ketika seluruh cinta di bumi sudah habis, ketika semua durjana dan janda muda cuma menyisakan melodi ribut dari dapur belakang mereka, saat yang sama justru sang putri mendapati pangerannya di penghujung cinta paling sejati di dunia..

ireng said...

apa siy,paps? ntak ngerti..
nunggu jodoh mpe deket kiamat (saat seluruh cinta di bumi habis-red) gt?
capee dueee

Anonymous said...

berhati rinjani tuh opooooooo ya???
"tinggi" banget bahasa nya