30.3.10

Dua ribu

Najis, sumpah najis. Gw mengutuki orang yang punya ide mencetak uang lembaran 2000 rupiah. Keberadaan uang pecahan 2000 rupiah membuat gw rugi berkali-kali. Rugi saat bayar angkot, misalnya.


Sopir angkot di Bandung terkenal pelit, jarang kasih kembalian kecuali diminta. Kadang kalo diminta pun, uang kembaliannya kurang. Ga peduli tampang penumpangnya secantik gw ato seganteng om Brad Pitt, jatah kembalian penumpang pasti dikurangi minimal 50%. Sehari-hari ongkos angkot gw dari kosan sampe kampus tuh hanya seribu perak. Yaa, perak..bukan emas ato platina (apa siy?). Jika dan hanya jika gw memiliki uang pecahan 2000 rupiah saja, maka sopir2 angkot itu pasti akan seketika menaikkan tarif angkot gw menjadi 1500 perak. Terbukti dari uang kembalian 500 perak yang mereka sodorkan ke tangan gw. Maknyus!

Sekali pergi ke kampus rugi 500 perak. Begitu pulang, kejadian yang sama terulang. Rugi 500 perak lagi. Entah mengapa jumlah pecahan 2000 rupiah yang baru sedang merajalela di pasaran. Para pedagang kaki lima hobi sekali memberikan kembalian uang 2000-an. Walhasil, kerugian tarif angkot gw pun membengkak.

Punya uang 2000-an rupiah juga seringkali membuat transaksi jual-beli tidak lagi praktis. Kalo beli nasi Rp 21.000, kita bayar Rp 50.000..kadang penjualnya suka minta tambahan uang seribu perak biar uang kembalian kita bulat Rp 30.000. Egh, si najis 2000-an ini membuyarkan skenario apik tadi.

Tadinya gw sayang2 tuh lembaran 2000 pertama yg gw punya. Tapi sekarang gw lebih suka menukarkannya dengan 2 lembar uang 1000-an. Abis suka bikin ribet siy ;p

Ya..ya..gw agak lebay mungkin, karena ketularan alay..tapi ya sutralagh hay!! Gw harus meluapkan kekesalan ini biar afdol gituh. Hehe...

No comments: