15.11.08

Kecewa

Hari ini sudah hari Rabu. Tapi Papi belum juga datang dari Semarang, membawa boneka untuk Ersa. Sudah berkali-berkali Ersa menatap pintu rumah untuk mencari sosok Papi. Sampai terlelap ia, memimpikan Papi.

Ersa bermimpi Papi datang membawa boneka gorilla untuknya dan boneka sapi untuk Arimbi. Papi datang sesuai janji. Ini gorilla yang Echa minta, kata Papi dalam mimpi. Sapi untuk Aim ! Ayo main kandang-kandangan sama Koko, ujar Ersa pada Arimbi sambil mengacungkan boneka sapi perahnya. Dalam mimpi, mereka bermain bersama dan tertawa-tawa. Pagi-pagi Nini membangunkan Ersa. Nini bilang, Papi datang nanti sore. Penuh semangat ia berangkat sekolah pagi itu.

Siang hari Ersa bergegas mandi, mengenakan baju merah bergambar strawberry. Papi pulang, katanya pada Arimbi. Pulang membawa boneka untukku dan untukmu, ujarnya lagi. Arimbi yang yatim piatu tersenyum. Jantungnya berdegup, ikut menanti Papi.

Hampir maghrib, Ersa lelah menanti. Arimbi mengajaknya bermain lompat tali. Ayo main sampai Papi pulang, kata Arimbi. Ersa pun menurut lalu melompat, melempar tali dan berlari-lari. Sampai hampir maghrib, Nini menjemput dan menyuruhnya pulang. Papi sudah pulang, Ni ? tanya Ersa bersemangat. Nini tersenyum berkata, Pulang dulu Cha. Ersa menurut, mengikuti Nini lalu sebentar mengerling pada Arimbi yang meringis.

Tiba di rumah, Ersa mencari-mencari jaket Papi. Helm Papi dan sepatu Papi. PAPI,PAPI, teriaknya. Belum usai ia mencari. Nini menggandeng tangannyadan mendudukkannya ke atas sofa ruang tivi. Eh, Cinta Fitri-nya udah mulai tuh, Cha kata Nini. Papi mana ? tanya Ersa. Eh, lihat ! Fitri nangis..kasihan ya, kata Nini. Mata Ersa menatap ke arah tivi, mulai tertarik pada adegan-adegan di layar kaca. Tapi, mulut mungil Ersa masih menggumamkan kata Papi. Besok, sayang..Sekarang Echa nonton tipi dulu ama Nini ya, jawab Nini lirih. Ersa mengangguk lemah, terpaku pada adegan Fitri lemah yang dimaki-maki calon mertuanya.

Saat bangun pagi, Ersa ingat Papi belum juga datang. Ia menggerutu dan tidak mau bangun dari tempat tidurnya. Ga mau sekolah, keluhnya pada Nini. Mau menunggu Papi pulang, katanya lagi. Nini membujuknya untuk berangkat ke sekolah. Echa sekolah dulu, nanti saat Echa pulang pasti Papi sudah tiba di rumah, bujuk Nini. Muka Echa malah merengut, kedua tangannya bersedekap dan kepalanya menggeleng sekuat tenaga. Nini membujuknya dengan segala cara, mengatakan ini itu tapi teracuhkan. Mulut Echa terkunci rapat dan kepalanya menggeleng tanpa henti.

Eh, nanti kalau Arimbi cari gimana? Arimbi jadi ga punya teman main di sekolah, kata Nini. Sekonyong-konyong tangisan Echa pecah. Buru-buru NIni memeluknya dan mengelus-elus rambutnya. Kenapa sayang ? Ada apa dengan Arimbi ? tanya Nini kebingungan. Papi janji bawa boneka buat Aim, jawab Ersa sesenggukan. Tapi Papi belum pulang, sambung Ersa dalam tangisan. Rupanya gadis berusia 6 tahun itu malu pada temannya, karena menjanjikan boneka dari Papi. Papi yang belum kunjung datang. Nini memaklumi dan membiarkan Ersa membolos untuk pertama kalinya.

Seharian itu Ersa menemani Nini membuat kue. Kue bolu, brownies dan pukis yang akan dijual Nini ke swayalan-swalayan. Ersa paling suka kue pukis buatan Nini. Ia juga senang bisa membantu Nini membuat kue hari itu. Bahkan, Nini memperbolehkannya mencetak pukisnya sendiri. Pukis keju coklat dibuatnya dua untuk Arimbi.

Menjelang maghrib, pukis untuk Arimbi sudah jadi. Nini menempatkannya dalam sebuah kotak persegi berwarna biru muda. Ersa menggambari kartu ucapan untuk Arimbi. Tergambar gadis kecil berkepang dua memakai baju merah menggandeng gadis kecil lain yang berambut ikal panjang. Ersa lalu membubuhi nama di bawah gambar gadis ikal dengan tulisan Ai.. Tiba-tiba suara motor butut Papi terdengar dari jauh. PAPI PULANG, pekik Ersa kegirangan. Buru-buru ia membukakan pintu untuk ayahnya dan menabrak pria tinggi kurus itu dengan pelukannya. Papi memeluk dan menggending Ersa yang berteriak-teriak kesenangan. Maaf ya sayang, Papi pulang terlambat, ucap Papi. Ia mencium kening gadis mungilnya itu berkali-kali dan mendudukkannya ke atas sofa.

Mana bonekaku, Pi? tanya Ersa kemudian. Papi tersenyum, lalu mengambil bungkusan dalam tasnya. Ersa bersorak riang. Ia buka bungkusannya, saat terdengar ucapan lirih Papi. Maaf ya sayang, Papi tidak bawa boneka untuk Arimbi, ucap Papi. Tadinya mau beli, tapi tertunda-tunda, kata Papi beralasan. Ersa menatap Papi marah dan mendapati sebuah boneka beruang di dalam bungkusannya. Beruang, bukan gorilla. Satu boneka beruang untuknya dan tidak ada boneka untuk Arimbi.

Boneka beruang itu dilemparnya mengenai vas bunga di atas meja. Vas terpelanting, pecah berantakan. Ersa beringsut ke kamar cepat-cepat sambil menangis tersedu. Sejak itulah, ia benci boneka beruang.

5 comments:

Anonymous said...

Mungkin Ersa lebih baik melempar vas bunga-nya langsung ke papa...

Anonymous said...

buat benci boneka beruang aj, panjang bener cerita nya...
kasian c teddy

Unknown said...

ohh tentang boneka beruang tho..

...Ridwan Nugraha... said...

Akhirnya gw ngerti kenapa gw gak pernah nemu beruang kentut...

Wakakaka...

Ossy Maulita said...

Beuh..Si papi ngasihnya boneka beruang gede warna biru ya??Pantesan kau sangat membenci caca..Hahaha